PASANG SURUT PERADABAN ISLAM DUNIA
Islam adalah sebuah ideologi yang
berasal dari wahyu Tuhan Sang Pencipta untuk mengatur prikehidupan manusia yang
diturunkan kepada utusan-Nya (Rosul) supaya manusia mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Untuk bisa terealisasinya hal tersebut Islam harus
diwujudkan dalam bentuk sistem kekuasaan.
Sebagai sebuah ideologi,
dalam perjalanannya kekuasaan Islam mengalami pasang surut karena harus
berhadapan dengan ideologi lain yang berambisi ingin berkuasa di dunia.
Pada abad ke-7
Masehi, Islam mengalami kebangkitan dengan diutusnya seorang rosul Nabi
terakhir yakni Nabi Muhammad saw. Pada waktu itu dunia dipengaruhi oleh dua
kerajaan adikuasa yaitu kerajaan Romawi dan Persia yang saling bersaing dan
bersetru dalam peperangan. Negeri Arab pun tak lepas dari pengaruh kedua
kerajaan ini.
Nabi Muhammad saw
mendapatkan misi dari ilahi untuk mewujudkan kehidupan ‘rahmatan lilalamiin’,
kehidupan yang penuh dengan kasih sayang, bukan kehidupan yang penuh dengan
kebencian dan permusuhan seperti yang dipraktekkan oleh ideologi lain.
Atas petunjuk ilahi,
Nabi Muhammad saw pun bergerak mengajak umatnya membentuk sebuah sistem kehidupan
yang berlandaskan Islam hingga terwujudnya sebuah negara Madinah Almunawaroh.
Tatanan kehidupan yang bersih penuh kedamaian terwujud di Madinah. Hak-hak
kemanusiaan terjamin dan terlindungi. Persatuan
dan kesatuan baik antara sesama
umat Islam maupun dengan umat yang lainnya tercipta dan terpelihara dalam
bingkai Negara Islam Madinah.
Setelah terjadinya
penaklukan Mekah sebagai ibu kota negara Hejaz, negara Islam Madinah pun
semakin bersinar dan membuka mata dunia. Namun,
Nabi Muhammad saw sebagai kepala negara, harus meninggalkan umatnya,
mengakhiri tugasnya, dipanggil oleh yang Maha Kuasa.
Atas hasil
musyawarah para sahabat pada waktu itu
maka kepemimpinan Islam diserahkan kepada Abu Bakar ash Shidiq ra. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 2 (dua) tahun karena usia beliau menemui ajalnya akibat sakit. Walaupun
singkat, Abu Bakar sangat berprestasi. Beliau berhasil mengendalikan stabilitas
dalam negeri pasca umat ditinggal oleh Rosululloh diantaranya memberantas kemurtadan
dan nabi palsu serta menegakkan hukum zakat. Selain itu beliaupun berhasil
membuka jalan penyebarah Islam ke Syiria, Bizantium, dan Persia.
Sepeninggalnya Abu
Bakar, kepemimpinan islam diteruskan oleh Umar bin Khotob ra. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 10 tahun. Beliau wafat dibunuh Abu Lu’lu
ketika menunaikan sholat subuh di masjid Nabawi. Umar tekenal sebagai pemimpin
yang adil dan sederhana. Beliau berhasil membangun sistem kemiliteran islam yang kuat. Dalam bidang pemerintahan beliau berhasil membangun administrasi pemerintahan yang rapih. Karena luasnya wilayah islam, Umar membagi wilayahnya menjadi beberapa provinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang gubernur. Dalam bidang ekonomi, Umar berhasil membangun baitul mal sebagai kas negara. Dalam bidang peradilan, Umar menyerahkan urusannya kepada kodi (hakim). Selain itu di bawah kepemimpinan beliau, islam
berhasil menjadi negara adikuasa yang disegani oleh negara-negara di dunia
setelah berhasil menaklukkan kerajaan Syiria, Persia dan Mesir. Syiria ditaklukkan
oleh pasukan Kholid bin Walid dan Abu Ubadah dalam perang Yarmuk. Penaklukan
Persia dilakukan oleh pasukan Saad bi Abi Waqash. Penaklukan Mesir dilakukan
oleh pasukan Amr bin Ash.
Menjelang wafatnya, Umar membentuk dewan syuro untuk bermusyawarah menentukan pemimpin umat berikutnya. Dewan syuro ini terdiri dari : Usman, Ali, Abdurrahman Ibnu Auf, Thallah, Zubair, dan Saad Ibnu Waqqas dan dipimpin oleh Abdurahman bin Auf. Dewan syuro memutuskan bahwa yang menjadi kholifah adalah Utsman bin Afan. Pemerintahan Usman berjalan dengan baik selama 7 tahun pertama (23-29 H). Namun pada 6 tahun terakhir (30-35 H) pemerintahan Usman mengalami ketidakstabilan. Pada awal pemerintahannya, Usman bin Afan berhasil memperluas kekuasaan Islam sampai ke Tripoli Libya dan ke Kabul Turki. Namun pada 5 tahun terakhir, pemerintahan Utsman mengalami kekacauan akibat kebijakan Usman yang dianggap kurang tegas. Karena kedermawanannya, Usman banyak menyerahkan jabatan kenegaraan kepada kerabatnya, yakni Bani Umayyah. Namun setelah diberikan jabatan, mereka banyak melakukan penyelewengan. Hal inilah yang memicu terjadinya pemeberontakan, hingga pada tanggal 17 Juni 656 M Usman dibunuh ketika sedang membaca Al Quran.
Komentar
Posting Komentar